Tempe Kukus Kurangi Risiko Penyakit Jantung
12/10/2011
Menopause
merupakan proses alamiah pada wanita yang ditandai dengan penurunan
fungsi ovarium yang mengakibatkan penurunan produksi estrogen.
Berkurangnya estrogen ini membawa berbagai masalah, salah satunya
meningkatnya risiko penyakit jantung.
Penurunan produksi estrogen menyebabkan
gangguan metabolisme lemak darah sehingga akan memperburuk profil lipid
darah dan oksidasi dalam tubuh sehingga perempuan rentan menderita
penyakit jantung koroner.
Keterkaitan inilah yang mendorong Diah
Mulyawati Utari melakukan penelitian studi doktoralnya pada Program
Studi Gizi Manusia, Sekolah Pascasarjana (SPs) Institut Pertanian Bogor
(IPB) dengan mengusung khasiat tempe bagi wanita menopause.
Judul disertasi yang disusunnya, yakni
“Efek Intervensi Tempe terhadap Profil Lipid, Superoksida Dismutase, LDL
Teroksidasi dan Malondialdehyde pada Wanita Menopause”, ini dirilis
bagian Hubungan Masyarakat IPB melalui surat elektronik kepada Kompas,
Kamis (7/7/2011).
Dikatakannya, beberapa penelitian tentang
intervensi tempe telah dilakukan di Indonesia, tetapi sejauh ini belum
diketahui pengaruh tempe secara komprehensif terhadap profil lipid, SOD,
MDA, dan LDL teroksidasi pada wanita menopause sebagai kelompok
berisiko terserang penyakit jantung koroner. “Saya tertarik meneliti hal
ini,” ujarnya.
Penelitiannya dilakukan di Kota Bogor
dengan jumlah total sampel 53 wanita menopause. Para wanita menopause
ini diberikan 160 gram tempe setiap hari selama empat minggu.
Jumlah tersebut setara dengan empat
potong tempe ukuran sedang. Tempe ini dikukus selama 10 menit kemudian
dicampur dengan bumbu tertentu sehingga menjadi makanan siap santap.
Adapun kriteria sampel dalam penelitian
ini adalah perempuan yang menopause alami, rentang menopause 1-5 tahun,
salah satu dari profil lipid tidak normal, tidak sedang sakit atau punya
riwayat penyakit degeneratif, tidak mengonsumsi obat dan suplemen,
tidak menggunakan terapi estrogen, bukan penganut vegetarian, dan
bersedia memenuhi peraturan selama penelitian. Sampel dijaring melalui
pos pembinaan terpadu aktif yang ada di Kota Bogor.
Analisis pangan tempe menunjukkan bahwa
kandungan asam amino tertinggi pada tempe adalah arginin dan asam lemak
tertinggi adalah asam linoleat. Tempe juga kaya akan isoflavon dan
kadarnya relatif dapat dipertahankan jika tempe diolah dengan pengukusan
(bukan penggorengan).
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa
pemberian tempe sebanyak 160 gram setiap hari selama empat minggu dapat
memperbaiki profil lipid yaitu menurunkan kadar kolesterol total, K-LDL
(kolesterol jahat), dan trigliserida. tempe ini juga dapat meningkatkan
aktivitas enzim antioksidan SOD serta menurunkan MDA dan oksidasi pada
LDL. Hasil penelitian ini secara bermakna menunjukkan bahwa tempe
mempunyai kemampuan untuk menurunkan faktor risiko penyakit jantung
koroner.
Dari penelitian ini, Diah menyarankan
agar pemerintah meningkatkan sosialisasi tempe sebagai makanan yang
mempunyai manfaat bagi kesehatan. Masyarakat disarankan untuk
meningkatkan konsumsi tempe setiap hari secara terus-menerus, khususnya
pada wanita menopause serta kelompok lain yang memiliki risiko tinggi
terkena penyakit jantung koroner.
Diah juga berpesan, untuk mendapatkan efek maksimal bagi kesehatan, tempe sebaiknya diolah dengan cara dikukus dan menghindari pengolahan dengan cara menggoreng.
Mengenai jumlah tempe yang dikonsumsi, Diah merekomendasikan sekitar
150-160 gram setiap hari atau setara dengan 3-4 potong tempe ukuran
sedang.
Sumber: KompasHealth
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar