VCO; Bukti Tak Terbantahkan Itu
Berkemih
menjadi aktivitas melelahkan bagi Hendarto. Urin menetes perlahan
disertai nyeri tak terperikan. Seperti air keluar dari keran tersumbat.
Pengusaha di Pamulang, Tangerang, itu mengira anyang-anyangan. Namun,
ketika 3 bulan kemudian tak kunjung sembuh, ia memeriksakan diri ke
rumah sakit. Dokter mendiagnosis hiperplasia prostat.
Ahli
medis memberikan solusi, yaitu operasi. Sayang, Hendarto menolak
lantaran khawatir dampak buruk berupa disfungsi ereksi. Ayah 7 anak itu
menyandarkan harapan kesembuhan pada obat-obatan dokter. Namun,
kesembuhan sulit digapai meski obat habis dikonsumsi. Ketika itulah pria
60 tahun itu berpaling pada virgin coconut oil (VCO) alias minyak
kelapa murni.
Rutin
mengkonsumsi 1 sendok makan VCO 3 kali sehari selama 2 bulan mengakhiri
prostat. Hendarto bukan satu-satunya pengidap prostat yang sembuh
setelah mengkonsumsi VCO. Di Denpasar, Bali, ada Mad Gani yang bernasib
sama. Pensiunan PT Angkasa Pura itu hampir menjalani operasi untuk
menyembuhkan prostat. Untung ketika itu kerabatnya di Malang, Jawa
Timur, menyarankan minum VCO.
Sembuh
kebetulan? Tunggu dulu. Hasil uji klinis yang ditempuh Prof Dr dr
Susilo Wibowo, SpAnd menepis anggapan itu. Artinya, minyak yang kaya
asam laurat itu terbukti secara ilmiah mengatasi penyakitnya kaum
lelaki. Dokter spesialis Andrologi itu melakukan uji klinis pada 50
pasien prostat. Pemilihan sampel pasien ditentukan secara random
berdasarkan kesediaan pasien mengkonsumsi VCO.
.
Lebih cepat
Jumlah
pasien dalam uji itu lebih dari cukup. Menurut dr Probosuseno SpPD dari
Rumahsakit dr Sardjito, Yogyakarta, untuk mengetahui efek sebuah obat
harus dicobakan pada minimal 30 pasien. Mereka-para pasien prostat yang
menjadi responden-mesti mengkonsumsi VCO secara kontinu, dosis benar
selama terapi (3 kali sendok makan sehari), dan rutin memeriksakan diri
setiap dua pekan.
Pasien
tidak dikelompokkan berdasarkan tingkat keparahan. Sebab, rata-rata
pasien yang memeriksakan diri mengidap prostat kronis dan mengalami
gejala mirip: sudah menikah dan belum mempunyai anak serta ejakulasi
dini. Rektor Universitas Diponegoro itu tetap memberikan obat-obatan
yang lazim dikonsumsi penderita prostat seperti Doxiciclin, TMP-SMZ,
Quinolon, dan Kanamicyn. VCO dikonsumsi 2 jam pascakonsumsi obat medis.
Pengecekan
pasien yang berusia di atas 30 tahun itu setiap 2 minggu. Mereka datang
dari Semarang, Tegal, dan Brebes-semua di Provinsi Jawa Tengah. Uji
klinis sejak Agustus-Oktober 2005. Hasilnya? Dengan penambahan VCO
tingkat kesembuhan mencapai 97%; tanpa VCO, 70%. Dulu pada kurun
1985-1995 persentase kesembuhan 87-90%. Penurunan persentase itu
lantaran sekarang banyak beredar obat palsu. Seluruh obat prostat
produksi mancanegara.
Prof
Dr dr Susilo menuturkan, Infeksi prostat sembuh lebih cepat dibanding
rata-rata jangka waktu pengobatan yang hanya dengan obat modern (tanpa
penambahan VCO). Biasanya pengobatan prostat membutuhkan waktu 3-4
bulan. Rata-rata pasien yang mengkonsumsi VCO sembuh prostat dalam waktu
2,5 bulan. Memang ada pula pasien yang sembuh dalam waktu sebulan.
Dari
50 pasien, hanya seorang yang tidak sembuh. Kemungkinan yang tidak
sembuh akibat autoimun sehingga kondisi prostat meradang terus menerus,
ujar guru besar Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro itu.
.
Membengkak
Sosok
kelenjar prostat amat kecil, seukuran buah kemiri atau kelereng. Letak
organ genital pria yang lembut itu melingkar di leher kandung kemih dan
pangkal penis. Prostat membalut saluran kencing atau uretra bagian bawah
menyatu dengan saluran sperma yang mengalir dari kedua buah zakar.
Saat
prostat itu membengkak, menyebabkan uretra tertekan. Oleh karena itu
urine sulit keluar dan menumpuk di kantong kemih. Bagai pipa tersumbat
sehingga air sulit mengalir.
Dokter
H Ahmad Bi Utomo SpBU, direktur Rumahsakit Umum Islam Kustati Solo,
menuturkan jika aliran urin kurang dari 10 cc per detik disebut prostat.
Idealnya, minimal 15 cc per detik. Ketika prostat membesar, aliran
menyempit sehingga keluarnya urin terhambat. Mengapa prostat membesar?
Dokter spesialis bedah Urologi alumnus Universitas Airlangga itu
mengatakan faktor genetik alias turunan hanya menyumbangkan peluang 20%.
Menurut
dr Agus Setiawan SpU dari Rumahsakit Persahabatan Jakarta, prostat
membengkak karena hormon testosteron berubah menjadi dihidrotestosteron
(DHT) dengan bantuan enzim 5 a reduktase. DHT itulah yang didakwa memicu
pertumbuhan sel-sel prostat secara tak terkendali. Dokter spesialis
Urologi itu mengungkapkan, ketidakseimbangan antara estrogen-testosteron
diduga turut memicu hiperplasia prostat. Kadar testosteron menurun
seiring bertambahnya usia kaum pria; estrogen, relatif tetap.
Susilo
mengatakan, prostat juga dapat disebabkan karena bakteri, virus, dan
masuknya air kemih ke dalam organ itu. Bakteri dan virus mengakibatkan
infeksi sehingga prostat bernanah, ujar dokter berusia 52 tahun itu.
Faktor lain, ketidakseimbangan antara jumlah sel prostat baru dan yang
apoptosis alias mati. Nah, berkurangnya jumlah sel yang mengalami
apoptosis sehingga jumlah massa prostat meningkat alias membengkak
hingga 2 kali lipat.
Membengkaknya
prostat itulah yang disebut hiperplasia. Menurut dr H Ahmad Bi Utomo
SpBU dalam dunia kedokteran dikenal 2 hiperplasia: jinak disebut benigna
prostat hipertropi alias tumor prostat; ganas, karsinoma prostat atau
kanker prostat. Karsinoma prostat itu yang berpotensi metastasis atau
menyebar ke bagian tubuh lain, termasuk mengeroposkan tulang. Sayang,
pasien enggan berobat sehingga kasus prostat di tanahair terus
meningkat.
Bagaimana
duduk perkara sang perawan menyembuhkan prostat? Menurut Susilo, peran
VCO meningkatkan ketahanan tubuh melawan infeksi. Jadi, tidak langsung
menyembuhkan infeksi prostat. VCO dikonsumsi kemudian dicerna oleh
sistem pencernaan. Sedangkan dalam tubuh sendiri tidak ada penghubung
antara saluran pencernaan dengan prostat, ujar alumnus Sydney University itu.
.
Plasebo
Dalam
uji klinis itu Susilo tidak menyertakan kelompok kontrol alias pasien
yang tak diberi VCO. Data kesembuhan pasien tanpa VCO yang hanya 70%
diperoleh dari penanganan pasien prauji klinis. Setiap bulan Susilo
menangani 75-100 pasien infeksi prostat. Dalam riset ilmiah itu dokter
yang meriset penuaan dini pada kaum pria juga tak menyertakan plasebo.
Dalam
riset obat-obatan, plasebo digunakan sebagai pembanding untuk menguji
efek suatu obat. Plasebo biasanya berwujud pil, kaplet, atau sirup.
Meski secara kasat mata plasebo sangat mirip obat, tetapi isinya hanya
tepung atau gula. Namun, dalam kasus uji klinis VCO, plasebo tidak bisa
diberikan karena bentuknya yang minyak. Sebab, pasien bisa membedakan
antara plasebo dan VCO yang sesungguhnya. Oleh sebab itu, uji yang
ditempuh Susilo disebut uji terbuka atau open label test.
Menurut
dr Zainal Gani, herbalis di Malang, Jawa Timur, langkah yang ditempuh
Susilo baru permulaan uji klinis. Ia mencontohkan, ketika ia bertugas di
RS Bersalin di Malang pada 1998-1999, 14.000 pasien beragam penyakit
ditanganinya dengan herbal. “Ada pasien rematik 6 tahun yang sembuh
setelah saya beri sambiloto, krokot, dan salam”, kata alumnus Fakultas
Kedokteran Universitas Brawijaya itu.
Meski
demikian Zainal Gani menghargai langkah Susilo. Apresiasi yang baik
untuk dr Susilo. Sebab, ada dokter yang menggunakan herbal ketakutan
kehabisan pasien. Setelah sembuh dengan VCO nanti pasien tak balik lagi,
katanya. Padahal, yang dialami Zainal Gani justru sebaliknya. Pasien
saya malah bertambah, kata dokter yang juga meresepkan VCO kepada para
pasiennya.
Ahmad
Bi Utomo mengatakan kesembuhan yang dicapai oleh responden dalam riset
itu lebih cenderung karena sugesti. Kalau open label test malah
kesembuhan orang cenderung sugesti, kata dokter alumnus Universitas
Padjadjaran itu. Terlepas dari prokontra kesembuhan lebih cepat amat
menguntungkan pasien.
Jika
harus menjalani operasi, misalnya, pasien mesti membayar jutaan rupiah.
Meski berperan menyembuhkan infeksi prostat, menurut Susilo VCO tetap
tidak bisa disebut obat karena berdampingan dengan obat modern lainnya.
VCO hanya sebagai makanan tambahan atau suplemen. Zainal Gani
berpendapat sebaliknya. VCO itu obat karena bisa membunuh virus dan
bakteri. Hebatnya VCO, pada virus mematikan dan pada tubuh manusia
sebagai nutrisi. Itu kan luar biasa.
Apa
pun sebutannya, tak masalah. Yang penting minyak perawan itu telah
membuktikan diri sebagai penyembuh prostat. Penyakit itu momok bagi kaum
Adam seiring dengan bertambahnya usia. Pada usia 50 tahun, risiko
terserang prostat 50%; 60 tahun, 60%. Sang perawan tak hanya ampuh
mengatasi prostat. Namun, klaim atas penyakit lain perlu dibuktikan
melalui serangkain riset.
.
Referensi: Sardi Duryatmo/Peliput: Imam Wiguna & Vina Fitriani, Trubus. http://www.trubus-online.co.id/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&cid=6&artid=397
Tidak ada komentar:
Posting Komentar