Bahaya Minyak Kedelai Bagi Kesehatan
07/09/2011
Kacang
kedelai mengandung minyak sekitar 20%. Untuk bisa menghasilkan minyak
kedelai, kacang kedelai dilumat terlebih dahulu, lalu dilarutkan dengan
heksan supaya muncul minyaknya. Sisa-sisa ampasnya biasanya digunakan
untuk pakan hewan.
Minyak kedelai mendapatkan urutan kedua
sebagai minyak yang paling banyak diproduksi di dunia. Sangat banyak
yang dijual diberbagai negara sebagai minyak nabati, adalah minyak
kedelai. Minyak kedelai dipercaya sebagai sumber yang kaya akan vitamin E
dan vitamin K. Tidak seperti produk kedelai lainnya seperti misal:
tahu, tempe, dan kecap, minyak kedelai sebenarnya tidak mengandung
fitoestrogen.
Konsumsi Minyak Kedelai Berhubungan dengan Kanker Payudara
Minyak kedelai mengandung berbagai asam
lemak utama seperti asam linoleic (51%), asam oleic (23%), asam palmitic
(10%), asam alpha-linolenic (7%), dan asam stearic (4%). Asam Linoleic,
adalah suatu asam lemak jenis omega-6, yang sering jadi makanan lemak
tak jenuh ganda di berbagai negara. Ia banyak ditemui di hampir semua
yang kita makan, termasuk daging, sayur, minyak sayur, buah-buahan,
kacang-kacangan, biji-bijian, sereal, dan roti.
Asam Linoleic merupakan pencetus produksi
asam arachidonic (dan eicosanoid yang berasal dari asam arachidonic).
Hal ini bisa menimbulkan kekhawatiran, yaitu pola makan yang terlalu
banyak asam linoleic akan meningkatkan kadar asam arachidonic dan
eicosanoid di dalam tubuh sehingga bisa mengakibatkan kanker, sakit
jantung, peradangan, dan penyakit lainnya.
Asam arachidonic juga bisa meningkatkan
hormon estrogen. Dalam suatu penelitian, asam linoleic telah terbukti
meningkatkan pertumbuhan tumor pada payudara tikus-tikus.
Asam alpha-linolenic merupakan jenis asam
lemak omega-3. Efek perlindungan terhadap kanker payudara dari omega-3
sangat bergantung dari jumlah perbandingan dengan omega-6, dimana secara
resmi ditentukan rasio omega-6 dan omega-3 adalah 2:1 atau dibawah itu.
Namun, rasio omega-6 dan omega-3 dalam minyak kedelai adalah 7:1.
Uap Minyak Kedelai Mengandung Racun
Beberapa penelitian di Asia telah
memfokuskan efek karsinogen (penyebab kanker) dari uap dan asap berbagai
minyak goreng. Minyak kedelai ditemukan membentuk kimiawi
4-hydroxy-2-trans-nonenal, yaitu suatu zat beracun dari peroksida asam
linoleic, pada saat dipanaskan di suhu 365 derajat Fahrenheit, dengan
demikian tidak dianjurkan dipakai untuk keperluan menggoreng sampai
kering (deep frying).
Penelitian lain menemukan bahwa minyak kedelai menghasilkan lebih banyak zat karsinogen polycyclic aromatic hydrocarbon
dalam asapnya selama proses pemanasan dibandingkan minyak kanola dan
minyak bunga matahari. Menghirup uap dan asap dari minyak goreng
disinyalir dapat meningkatkan resiko kanker paru-paru oleh berbagai
penelitian di Cina.
Proses Hidrogenasi yang Meningkatkan Kolesterol Jahat
Minyak kedelai terhidrogenasi banyak
ditemukan di makanan olahan dan makanan restoran. Minyak kedelai yang
diproses dengan hidrogenasi sebagian perlu dihindari, karena proses ini
meningkatkan daya tahan minyak untuk penyimpanan dan mengurangi
kebutuhan untuk disimpan dalam pendingin.
Hidrogenasi sebagian akan menghasilkan
asam lemak trans, yang dapat meningkatkan kolesterol LDL (kolesterol
“jahat”) dan menurunkan kolesterol HDL (kolesterol baik), dengan
demikian meningkatkan resiko penyakit jantung. Konsumsi asam lemak trans
juga berhubungan dengan meningkatnya resiko kanker payudara. Disamping
itu, mengonsumsi minyak kedelai dapat meningkatkan penebalan sel darah.
Mengonsumsi Makanan Apapun yang Mengandung Minyak Kedelai akan Meningkatkan Resiko Kanker
Studi terbaru di Mei 2011 yang dipublikasikan oleh Indian Journal of Medical Research
memberitahu bahwa konsumsi makanan yang mengandung minyak kedelai dapat
menaikkan resiko kanker dibandingkan dengan konsumsi mentega sapi (cow ghee), yaitu sejenis mentega yang digunakan di Asia Selatan.
R. Rani dan V. K. Kansal dari National Dairy Research Institute
di Haryana, India menguji minyak kedelai dan mentega sapi pada
tikus-tikus betina yang telah dipaparkan zat karsinogen
1,12-dimethylbenz (a) anthracene (DMBA) supaya berpotensi menderita
kanker payudara.
Dua grup tikus telah diberi pakan dengan
kandungan 10% minyak kedelai atau mentega sapi selama 44 minggu. Dalam 5
minggu, tikus-tikus yang menerima DMBA 39 mg per hari secara oral mulai
menunjukkan adanya kanker.
Para peneliti menemukan bahwa di antara 2
grup tikus tadi, tikus-tikus yang mengonsumsi pakan yang mengandung
minyak kedelai ternyata lebih banyak tumornya, dibandingkan dengan yang
mengonsumsi pakan yang mengandung mentega sapi, yaitu 65,4% banding
26,6%. Berat tumor juga lebih tinggi di grup minyak kedelai dibandingkan
grup mentega sapi, yaitu 6,18 grams banding 1,67 grams.
Masa munculnya tumor adalah 23 minggu
pada grup tikus yang mengonsumsi minyak kedelai dan 27 minggu pada grup
tikus yang mengonsumsi mentega sapi.
Para peneliti juga menemukan proses
karsinogenesis yang dengan cepat meningkat pada grup tikus minyak
kedelai dibandingkan grup tikus mentega sapi.
Walaupun sering dipromosikan sebagai
minyak yang “menyehatkan” dengan frase “tanpa kolesterol”-nya, banyak
produk-produk keju kedelai mengandung lemak terhidrogenasi sebagian.
Produk-produk yang memiliki cita rasa terbaik justru seringkali memiliki
kandungan yang tinggi. Komposisi utama dari keju kedelai seperti
misalnya Tofutti, adalah air dan minyak kedelai terhidrogenasi sebagian.
Organisasi The Citizens for Science in the Public Interest menemukan bahwa “tiap irisan 2/3 ons mengandung 2 gram penyumbatan arteri akibat lemak trans”.
Minyak kedelai dan minyak jagung
mengandung lebih banyak omega-6, dimana para peneliti percaya hal ini
dapat memicu pertumbuhan tumor. Oleh karena itu, pasien kanker yang
menerima terapi alternatif disarankan untuk tidak mengonsumsi
produk-produk makanan yang mengandung minyak kedelai dan minyak jagung.
Link referensi:
http://foodforbreastcancer.com/foods/soybean-oilhttp://preventdisease.com/news/11/060111_soybean_oil_cancer_risk.shtml
Tidak ada komentar:
Posting Komentar