Jumat, 27 Juli 2012

Hati-hati, Susu Olahan Tidak Baik untuk Kesehatan!

milk1Susu olahan tidak bisa menggantikan keunggulan susu mentah bagi kepentingan kesehatan anak-anak kita. Tidak ada penelitian yang berhasil membuktikan bahwa susu olahan lebih baik dibandingkan susu mentah. Selain itu, adalah mitos jika susu adalah solusi yang tepat untuk menanggulangi osteoporosis dan permasalahan kesehatan lainnya.
Sayang sekali banyak pernyataan tidak benar sering digembar-gemborkan mengenai susu mana  yang terbaik untuk kita. Selalu ditekankan bahwa susu olahan dari proses pasteurisasi adalah standar kesehatan terbaik dan susu mentah itu tidak sehat. Padahal, “umat manusia telah ada jauh sebelum proses pasteurisasi susu ditemukan”, ujar Menteri Pertanian Amerika.
Proses pasteurisasi telah menjadi perdebatan di House of Commons begitu juga dengan saran untuk tidak menjual lagi susu mentah untuk dikonsumsi manusia. Ini berarti peningkatan jumlah pemasangan instalasi mesin olahan yang mahal di tiap supplier, dan itu juga menyebabkan banyak pengusaha  kecil terpaksa gulung tikar dan menyerahkan lahan pasar kepada pengusaha yang lebih besar.
Pasteurisasi artinya pemanasan untuk menghancurkan kuman-kuman penyakit dan mencegah susu asam. Proses ini memerlukan suhu 145 – 150 derajat Fahrenheit selama setengah jam, kemudian menurunkan suhunya ke temperatur suhu tidak lebih dari 55 derajat Fahrenheit.
Sungguh diragukan proses ini berguna dalam menghancurkan kuman-kuman berbahaya. Tapi lebih dari itu, pastuerisasi juga menghancurkan bakteri menguntungkan dan beberapa nutrisi penting.
Dalam usahanya mencegah keasaman susu, susu yang asam justru sangat baik untuk kesehatan dan mudah untuk dicerna. Tapi justru dengan proses pasteurisasi,  bakteri menguntungkan jadi hilang sehingga meningkatkan bakteri merugikan di dalam perut kita. Itulah sebabnya tidak jarang orang-orang mengalami masalah pencernaan sesudah minum susu olahan.
Mitos yang beredar di masyarakat adalah bahwa tuberculosis pada anak disebabkan oleh kuman berbahaya pada susu mentah. Inilah yang menjadi landasan kuat untuk diadakannya pasteurisasi. Namun para ilmuwan telah menguji dan meneliti ribuan sampel susu, juga telah bereksperimen pada ratusan hewan, untuk mencari tahu tentang penyebab tuberculosis pada susu. Dari penelitian tersebut didapati bahwa susu mentah itu sebenarnya BERSIH, lebih berkualitas dibandingkan susu olahan, dan tidak mengakibatkan tuberculosis.
Dalam suatu penelitian selama 5 tahun mengenai penyebaran tuberculosis melalui susu, didapati bahwa selama 5 tahun tersebut, 70 anak rutin diberikan susu mentah dan hanya ada 1 kasus tuberculosis muncul. Sedangkan ketika diberikan susu olahan, muncul 14 kasus tuberculosis pada mereka.
Selain menghancurkan sebagian vitamin A, vitamin B Kompleks, vitamin C dan bakteri menguntungkan pada susu, pasteurisasi juga merubah komponen gula pada susu, yaitu laktosa, menjadi beta-laktosa. Beta-laktosa ini lebih cepat larut dan dengan demikian cepat diserap ke dalam sistem yang membuat anak jadi lapar lagi.
Proses pasteurisasi menjadikan kalsium yang terkandung pada susu susah untuk dicerna. Hal ini menyebabkan kelainan tulang pada anak (rickets), gigi rusak, dan syaraf pun bermasalah karena kalsium sangat diperlukan bagi pertumbuhan anak.
Pasteurisasi juga menghancurkan 20% iodine dalam susu, sehingga mengakibatkan sembelit.
Susu Olahan Mengakibatkan Osteoporosis
Dokter dan ahli gizi pada umumnya menyarankan pasiennya yang menderita osteoporosis untuk mengkonsumsi lebih banyak susu karena anggapan susu mengandung kalsium tinggi. Kedengarannya cukup masuk diakal, tetapi tidak akan berhasil. Orang Amerika dan Eropa Utara mengkonsumsi 800 mg – 1200 mg kalsium sehari, tapi tetap saja mereka lebih menderita osteoporosis daripada orang Asia dan Afrika yang mengkonsumsi 300 mg – 500 mg kalsium per hari.
Penyebab utama osteopororis adalah terlalu banyak mengkonsumsi acidic (pembuat asam) yang berasal dari daging, gula  dan bahan-bahan yang mengandung kimia. Untuk menetralisir keasaman tersebut, tubuh mengambil kalsium (bersifat alkalin) dari tulang.
Apabila kita dengan rutin mengkonsumsi susu olahan sebagai sumber kalsium yang berprotein tinggi, hal ini akan memparah keadaan, karena susu olahan bersifat asam di dalam tubuh kita. Susu olahan akan menyebabkan tubuh kehilangan banyak kalsium.
Para dokter dan  ahli gizi konvensional keliru bila mereka mengatakan bahwa susu olahan (baik itu susu formula untuk bayi, wanita hamil, manula dan segala jenis susu olahan lainnya) adalah sumber terbaik untuk kalsium.
Lebih banyak kalsium bisa ditemukan di biji-bijian (khususnya biji wijen / sesame seeds) dan rumput laut (jenis hijiki). Biji-bijian ini mengandung 14 kali lebih banyak kalsium dari pada susu olahan. Selain itu, biji-bijian ini juga pembentuk alkalin, menyediakan kalsium tanpa membentuk derajat keasaman yang menghilangkan kalsium dari tulang.
Perbandingan Dampak Susu Mentah dengan Olahan Bagi Kesehatan Gigi dan Pertumbuhan Anak
Lancet, hal 1142, tanggal 8 May 1937, tertulis bahwa kemungkinan kerusakan gigi lebih kecil bagi anak-anak yang rajin mengkonsumsi susu mentah dibandingkan mereka yang rajin mengkonsumsi susu olahan (pasteurisasi).
“Dr. Evelyn Sprawson dari London Hospital akhir-akhir ini menyatakan bahwa pada institusi tertentu dimana anak-anak dianjurkan mengkonsumsi susu mentah, mereka ternyata memiliki gigi yang baik dan tidak rusak.”
-Harris, L.J., Vitamins in Theory and Practice, page 224, Cambridge, University Press, 1935.
Fisher dan Bartlett membuktikan dengan perawatan statistik dimana respon tinggi badan terhadap susu mentah ternyata lebih besar dibandingkan susu olahan. Data yang ada menunjukkan  bahwa dari 100% yang dihasilkan oleh susu mentah, susu olahan hanya 66% menaikkan tinggi badan pada anak laki-laki dan 91,1 % pada anak perempuan. Dan dari 100% yang dihasilkan oleh susu mentah dalam menaikkan berat badan anak-anak, susu olahan hanya berhasil menaikkan tinggi badan 50% pada anak laki-laki dan 70% pada anak perempuan.
Susu Olahan Mengakibatkan Sariawan pada Anak
Pottenger dalam penelitiannya di tahun 1937 terhadap bayi baru lahir yang diberikan susu formula baik itu susu bubuk, susu yang dipanaskan, dan susu kaleng, menunjukkan bahwa bayi tersebut menderita masalah pencernaan yang serius, dan ketika berusia 8 bulan menderita asma. Tubuhnya juga sangat kecil dibandingkan bayi-bayi lainnya.
Ada juga penelitian 6 bulan terhadap sekelompok bayi dimana ketika bayi-bayi tersebut diberikan susu olahan, mereka menderita sariawan. Namun ketika pemberian susu olahan dihentikan dan diganti dengan susu mentah, sariawan mereka hilang. Lain halnya ketika dalam waktu yang sama dan jumlah bayi yang sama diberikan susu mentah, mereka tidak menderita sariawan.
Kejadian nyata di Berlin, yang diamati oleh Newmann (Newmann, H., Deutsch. Klin., 7:341, 1904) dan para ahli lainnya, juga memberikan bukti yang meyakinkan akan hubungan susu olahan dengan sariawan. Di tahun 1901, Berlin menjalani program pasteurisasi pada semua susu yang mereka konsumsi. Setelah beberapa bulan, banyak dari bayi-bayi mereka menderita sariawan.  Neumann menjelaskan situasi yang ada sebagai berikut:
“Heubner, Cassel dan saya sendiri menyaksikan hanya ada 32 kasus sariawan dari tahun 1896 sampai 1900, tapi kemudian angkanya tiba-tiba naik di tahun 1901, sehingga pengamat yang sama – tanpa menyebut pengamat lainnya yang jumahnya banyak- akhirnya merawat 83 kasus di tahun 1901 dan 1902.”
Kemudian, diadakanlah suatu penyelidikan terhadap situasi yang ada di Berlin dan pasteurisasi susu pun dihentikan. Hasil dari penghentian pasteurisasi adalah kasus sariawan menurun tajam sebagaimana ia pernah naik sebelumnya.
Kekurangan Susu Mentah
Walaupun susu mentah memiliki kandungan nutrisi yang baik untuk kesehatan kita, ia juga meiliki beberapa kelemahan yaitu hanya bisa bertahan beberapa jam saja dengan suhu ruangan.Dan walaupun disimpan dilemari pendingin, ia hanya bertahan 1-2 hari saja. Sistem pendistribusian di Indonesia tidak memungkinkan susu mentah untuk bisa didistribusikan dengan baik ke konsumen dan dinikmati tepat pada waktunya tanpa kadaluarsa. Selain itu, untuk bisa mendapatkan susu mentah yang hygienis hampir mustahil untuk dilakukan di Indonesia. Lain halnya dengan kondisi di Amerika dan negara maju lainnya, yang memiliki akses susu mentah yang hygienis. Jika Anda mengenal peternak yang bisa memberikan akses susu mentah hygienis, silahkan mengkonsumsi susu mentah. Tapi bagi yang tidak memiliki akses seperti ini, saya anjurkan untuk Anda tidak terlalu mengandalkan susu sebagai minuman yang “HARUS DIMINUM”. Ini termasuk susu bayi formula. Susu olahan memiliki dampak negatif jika dikonsumsi terus menerus, jadi saya anjurkan Anda memiliki pengganti susu seperti misalnya banyak mengkonsumsi sayur mayur atau mengkonsumsi madu murni.
Jangan Anjurkan Susu Olahan untuk Merawat Pasien!
Mengetahui kebenaran tentang susu mentah dan olahan, saya tidak pernah menganjurkan atau memberikan susu pada pasien. Pernah saya memiliki pasien bayi berusia 2 tahun yang menderita pneumonia dan malnutrisi, dimana bayi ini seringkali keluar masuk rumah sakit tapi tidak kunjung sembuh juga. Ibu bayi ini tidak bisa mengeluarkan ASI dan sebagai pengganti ASI, saya tidak memberikan susu olahan pada bayinya.
Yang saya berikan adalah madu murni, minyak ikan dan larutan garam laut asli. Makanan sehari-hari untuk anak inipun saya sesuaikan dengan usia, kondisi penyakit, dan golongan darahnya. Dalam waktu satu bulan, ia pun bisa sembuh dari pneumonia dan masalah malnutrisinya.
Selain itu, bayi inipun mulai bisa berjalan dan lincah, dibandingkan sebelumnya ia hanya bisa berjalan dengan kedua tangan sambil menyeret pantatnya.
Di rumah sakit, standar medis konvensional buatan manusia yang menganjurkan  bayi ini untuk diinfus, diberi suntikan yang menyakitkan, dan juga diberi obat-obatan kimia yang mahal dan berefek samping, ternyata tidak mampu memulihkan kesehatannya. Namun dengan penerapan holistik modern yang benar akan manfaat alam ciptaan Tuhan, bayi ini bisa pulih dari segala permasalahan kesehatan dia.
Standar medis konvensional yang juga menganjurkan pemberian susu pada pasien diabetes adalah salah satu bukti kekonyolan lainnya, dimana pasien bukannya sembuh, kondisinya kian hari makin menurun dan akhirnya meninggal. Praktek memberi susu olahan pada pasien yang opname di rumah sakit  adalah standar medis yang konyol, tidak ilmiah dan memperhambat kesembuhan pasien.
Marilah kita belajar dari sejarah dunia dan rancangan Tuhan akan ciptaanNya. Benarkah Tuhan merancangkan manusia dan makhluk mamalia lainnya harus mengkonsumsi susu olahan? Jika ya, itu berarti dari awal penciptaan, semua makhluk mamalia harus minum susu olahan atau pasteurisasi. Toh, para ahli medis konvensional berteori bahwa susu asli-murni mentah tidak baik buat kesehatan dan susu olahan bebas dari bakteri dan bergizi tinggi?!
Benarkah Tuhan juga merancangkan semua mamalia yang telah dewasa harus minum susu supaya sehat? Tentu saja tidak. Anak sapi dewasa saja tidak minum susu induk sapinya, dan tidak pernah sapi itu menderita osteoporosis.
Gunakanlah Hukum Alam yang Tuhan sudah standarkan maka terciptalah keajaiban bagi kesehatan Anda!
Link referensi:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar