Hati-hati, Susu Olahan Tidak Baik untuk Kesehatan!
Susu
olahan tidak bisa menggantikan keunggulan susu mentah bagi kepentingan
kesehatan anak-anak kita. Tidak ada penelitian yang berhasil membuktikan
bahwa susu olahan lebih baik dibandingkan susu mentah. Selain itu,
adalah mitos jika susu adalah solusi yang tepat untuk menanggulangi
osteoporosis dan permasalahan kesehatan lainnya.
Sayang sekali banyak pernyataan tidak
benar sering digembar-gemborkan mengenai susu mana yang terbaik untuk
kita. Selalu ditekankan bahwa susu olahan dari proses pasteurisasi
adalah standar kesehatan terbaik dan susu mentah itu tidak sehat.
Padahal, “umat manusia telah ada jauh sebelum proses pasteurisasi susu
ditemukan”, ujar Menteri Pertanian Amerika.
Proses pasteurisasi telah menjadi
perdebatan di House of Commons begitu juga dengan saran untuk tidak
menjual lagi susu mentah untuk dikonsumsi manusia. Ini berarti
peningkatan jumlah pemasangan instalasi mesin olahan yang mahal di tiap
supplier, dan itu juga menyebabkan banyak pengusaha kecil terpaksa
gulung tikar dan menyerahkan lahan pasar kepada pengusaha yang lebih
besar.
Pasteurisasi artinya pemanasan untuk
menghancurkan kuman-kuman penyakit dan mencegah susu asam. Proses ini
memerlukan suhu 145 – 150 derajat Fahrenheit selama setengah jam,
kemudian menurunkan suhunya ke temperatur suhu tidak lebih dari 55
derajat Fahrenheit.
Sungguh diragukan proses ini berguna
dalam menghancurkan kuman-kuman berbahaya. Tapi lebih dari itu,
pastuerisasi juga menghancurkan bakteri menguntungkan dan beberapa
nutrisi penting.
Dalam usahanya mencegah keasaman susu,
susu yang asam justru sangat baik untuk kesehatan dan mudah untuk
dicerna. Tapi justru dengan proses pasteurisasi, bakteri menguntungkan
jadi hilang sehingga meningkatkan bakteri merugikan di dalam perut kita.
Itulah sebabnya tidak jarang orang-orang mengalami masalah pencernaan
sesudah minum susu olahan.
Mitos yang beredar di masyarakat adalah
bahwa tuberculosis pada anak disebabkan oleh kuman berbahaya pada susu
mentah. Inilah yang menjadi landasan kuat untuk diadakannya
pasteurisasi. Namun para ilmuwan telah menguji dan meneliti ribuan
sampel susu, juga telah bereksperimen pada ratusan hewan, untuk mencari
tahu tentang penyebab tuberculosis pada susu. Dari penelitian tersebut
didapati bahwa susu mentah itu sebenarnya BERSIH, lebih berkualitas
dibandingkan susu olahan, dan tidak mengakibatkan tuberculosis.
Dalam suatu penelitian selama 5 tahun
mengenai penyebaran tuberculosis melalui susu, didapati bahwa selama 5
tahun tersebut, 70 anak rutin diberikan susu mentah dan hanya ada 1
kasus tuberculosis muncul. Sedangkan ketika diberikan susu olahan,
muncul 14 kasus tuberculosis pada mereka.
Selain menghancurkan sebagian vitamin A,
vitamin B Kompleks, vitamin C dan bakteri menguntungkan pada susu,
pasteurisasi juga merubah komponen gula pada susu, yaitu laktosa,
menjadi beta-laktosa. Beta-laktosa ini lebih cepat larut dan dengan
demikian cepat diserap ke dalam sistem yang membuat anak jadi lapar
lagi.
Proses pasteurisasi menjadikan kalsium
yang terkandung pada susu susah untuk dicerna. Hal ini menyebabkan
kelainan tulang pada anak (rickets), gigi rusak, dan syaraf pun
bermasalah karena kalsium sangat diperlukan bagi pertumbuhan anak.
Pasteurisasi juga menghancurkan 20% iodine dalam susu, sehingga mengakibatkan sembelit.
Susu Olahan Mengakibatkan Osteoporosis
Dokter dan ahli gizi
pada umumnya menyarankan pasiennya yang menderita osteoporosis untuk
mengkonsumsi lebih banyak susu karena anggapan susu mengandung kalsium
tinggi. Kedengarannya cukup masuk diakal, tetapi tidak akan berhasil.
Orang Amerika dan Eropa Utara mengkonsumsi 800 mg – 1200 mg kalsium
sehari, tapi tetap saja mereka lebih menderita osteoporosis daripada
orang Asia dan Afrika yang mengkonsumsi 300 mg – 500 mg kalsium per
hari.
Penyebab utama
osteopororis adalah terlalu banyak mengkonsumsi acidic (pembuat asam)
yang berasal dari daging, gula dan bahan-bahan yang mengandung kimia.
Untuk menetralisir keasaman tersebut, tubuh mengambil kalsium (bersifat
alkalin) dari tulang.
Apabila kita dengan
rutin mengkonsumsi susu olahan sebagai sumber kalsium yang berprotein
tinggi, hal ini akan memparah keadaan, karena susu olahan bersifat asam
di dalam tubuh kita. Susu olahan akan menyebabkan tubuh kehilangan
banyak kalsium.
Para dokter dan
ahli gizi konvensional keliru bila mereka mengatakan bahwa susu olahan
(baik itu susu formula untuk bayi, wanita hamil, manula dan segala jenis
susu olahan lainnya) adalah sumber terbaik untuk kalsium.
Lebih banyak kalsium bisa ditemukan di biji-bijian (khususnya biji wijen / sesame seeds)
dan rumput laut (jenis hijiki). Biji-bijian ini mengandung 14 kali
lebih banyak kalsium dari pada susu olahan. Selain itu, biji-bijian ini
juga pembentuk alkalin, menyediakan kalsium tanpa membentuk derajat
keasaman yang menghilangkan kalsium dari tulang.
Perbandingan Dampak Susu Mentah dengan Olahan Bagi Kesehatan Gigi dan Pertumbuhan Anak
Lancet, hal 1142, tanggal 8 May 1937,
tertulis bahwa kemungkinan kerusakan gigi lebih kecil bagi anak-anak
yang rajin mengkonsumsi susu mentah dibandingkan mereka yang rajin
mengkonsumsi susu olahan (pasteurisasi).
“Dr. Evelyn Sprawson dari London Hospital
akhir-akhir ini menyatakan bahwa pada institusi tertentu dimana
anak-anak dianjurkan mengkonsumsi susu mentah, mereka ternyata memiliki
gigi yang baik dan tidak rusak.”
-Harris, L.J., Vitamins in Theory and Practice, page 224, Cambridge, University Press, 1935.
Fisher dan Bartlett membuktikan dengan
perawatan statistik dimana respon tinggi badan terhadap susu mentah
ternyata lebih besar dibandingkan susu olahan. Data yang ada
menunjukkan bahwa dari 100% yang dihasilkan oleh susu mentah, susu
olahan hanya 66% menaikkan tinggi badan pada anak laki-laki dan 91,1 %
pada anak perempuan. Dan dari 100% yang dihasilkan oleh susu mentah
dalam menaikkan berat badan anak-anak, susu olahan hanya berhasil
menaikkan tinggi badan 50% pada anak laki-laki dan 70% pada anak
perempuan.
Susu Olahan Mengakibatkan Sariawan pada Anak
Pottenger dalam penelitiannya di tahun
1937 terhadap bayi baru lahir yang diberikan susu formula baik itu susu
bubuk, susu yang dipanaskan, dan susu kaleng, menunjukkan bahwa bayi
tersebut menderita masalah pencernaan yang serius, dan ketika berusia 8
bulan menderita asma. Tubuhnya juga sangat kecil dibandingkan bayi-bayi
lainnya.
Ada juga penelitian 6 bulan terhadap
sekelompok bayi dimana ketika bayi-bayi tersebut diberikan susu olahan,
mereka menderita sariawan. Namun ketika pemberian susu olahan dihentikan
dan diganti dengan susu mentah, sariawan mereka hilang. Lain halnya
ketika dalam waktu yang sama dan jumlah bayi yang sama diberikan susu
mentah, mereka tidak menderita sariawan.
Kejadian nyata di Berlin, yang diamati
oleh Newmann (Newmann, H., Deutsch. Klin., 7:341, 1904) dan para ahli
lainnya, juga memberikan bukti yang meyakinkan akan hubungan susu olahan
dengan sariawan. Di tahun 1901, Berlin menjalani program pasteurisasi
pada semua susu yang mereka konsumsi. Setelah beberapa bulan, banyak
dari bayi-bayi mereka menderita sariawan. Neumann menjelaskan situasi
yang ada sebagai berikut:
“Heubner, Cassel dan saya sendiri
menyaksikan hanya ada 32 kasus sariawan dari tahun 1896 sampai 1900,
tapi kemudian angkanya tiba-tiba naik di tahun 1901, sehingga pengamat
yang sama – tanpa menyebut pengamat lainnya yang jumahnya banyak-
akhirnya merawat 83 kasus di tahun 1901 dan 1902.”
Kemudian, diadakanlah suatu penyelidikan
terhadap situasi yang ada di Berlin dan pasteurisasi susu pun
dihentikan. Hasil dari penghentian pasteurisasi adalah kasus sariawan
menurun tajam sebagaimana ia pernah naik sebelumnya.
Kekurangan Susu Mentah
Walaupun susu mentah memiliki kandungan
nutrisi yang baik untuk kesehatan kita, ia juga meiliki beberapa
kelemahan yaitu hanya bisa bertahan beberapa jam saja dengan suhu
ruangan.Dan walaupun disimpan dilemari pendingin, ia hanya bertahan 1-2
hari saja. Sistem pendistribusian di Indonesia tidak memungkinkan susu
mentah untuk bisa didistribusikan dengan baik ke konsumen dan dinikmati
tepat pada waktunya tanpa kadaluarsa. Selain itu, untuk bisa mendapatkan
susu mentah yang hygienis hampir mustahil untuk dilakukan di Indonesia.
Lain halnya dengan kondisi di Amerika dan negara maju lainnya, yang
memiliki akses susu mentah yang hygienis. Jika Anda mengenal peternak
yang bisa memberikan akses susu mentah hygienis, silahkan mengkonsumsi
susu mentah. Tapi bagi yang tidak memiliki akses seperti ini, saya
anjurkan untuk Anda tidak terlalu mengandalkan susu sebagai minuman yang
“HARUS DIMINUM”. Ini termasuk susu bayi formula. Susu olahan memiliki
dampak negatif jika dikonsumsi terus menerus, jadi saya anjurkan Anda
memiliki pengganti susu seperti misalnya banyak mengkonsumsi sayur mayur
atau mengkonsumsi madu murni.
Jangan Anjurkan Susu Olahan untuk Merawat Pasien!
Mengetahui kebenaran tentang susu mentah
dan olahan, saya tidak pernah menganjurkan atau memberikan susu pada
pasien. Pernah saya memiliki pasien bayi berusia 2 tahun yang menderita
pneumonia dan malnutrisi, dimana bayi ini seringkali keluar masuk rumah
sakit tapi tidak kunjung sembuh juga. Ibu bayi ini tidak bisa
mengeluarkan ASI dan sebagai pengganti ASI, saya tidak memberikan susu
olahan pada bayinya.
Yang saya berikan adalah madu murni,
minyak ikan dan larutan garam laut asli. Makanan sehari-hari untuk anak
inipun saya sesuaikan dengan usia, kondisi penyakit, dan golongan
darahnya. Dalam waktu satu bulan, ia pun bisa sembuh dari pneumonia dan
masalah malnutrisinya.
Selain itu, bayi inipun mulai bisa
berjalan dan lincah, dibandingkan sebelumnya ia hanya bisa berjalan
dengan kedua tangan sambil menyeret pantatnya.
Di rumah sakit, standar medis
konvensional buatan manusia yang menganjurkan bayi ini untuk diinfus,
diberi suntikan yang menyakitkan, dan juga diberi obat-obatan kimia yang
mahal dan berefek samping, ternyata tidak mampu memulihkan
kesehatannya. Namun dengan penerapan holistik modern yang benar akan
manfaat alam ciptaan Tuhan, bayi ini bisa pulih dari segala permasalahan
kesehatan dia.
Standar medis konvensional yang juga
menganjurkan pemberian susu pada pasien diabetes adalah salah satu bukti
kekonyolan lainnya, dimana pasien bukannya sembuh, kondisinya kian hari
makin menurun dan akhirnya meninggal. Praktek memberi susu olahan pada
pasien yang opname di rumah sakit adalah standar medis yang konyol,
tidak ilmiah dan memperhambat kesembuhan pasien.
Marilah kita belajar dari sejarah dunia
dan rancangan Tuhan akan ciptaanNya. Benarkah Tuhan merancangkan manusia
dan makhluk mamalia lainnya harus mengkonsumsi susu olahan? Jika ya,
itu berarti dari awal penciptaan, semua makhluk mamalia harus minum susu
olahan atau pasteurisasi. Toh, para ahli medis konvensional berteori
bahwa susu asli-murni mentah tidak baik buat kesehatan dan susu olahan
bebas dari bakteri dan bergizi tinggi?!
Benarkah Tuhan juga
merancangkan semua mamalia yang telah dewasa harus minum susu supaya
sehat? Tentu saja tidak. Anak sapi dewasa saja tidak minum susu induk
sapinya, dan tidak pernah sapi itu menderita osteoporosis.
Gunakanlah Hukum Alam yang Tuhan sudah standarkan maka terciptalah keajaiban bagi kesehatan Anda!
Link referensi:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar