Jaringan Listrik Bisa Mengakibatkan Depresi
19/07/2012
Depresi
merupakan salah satu problem kesehatan yang paling cepat tumbuh.
Tingkat depresi naik terus tanpa henti di hampir setiap negara tanpa
alasan yang jelas. Stres akibat kehidupan modern, penurunan pada
keluarga dan sistem pendukungnya, ketersediaan obat baru, dan perbaikan
dalam diagnosis sudah pernah diduga sebagai penyebabnya, begitu pula
gen, perubahan hormonal, variasi cahaya musiman, serta makanan.
Kemungkinan lain yang sampai sekarang
jarang ditanggapi serius adalah jaringan listrik atas. Jaringan listrik
sangat cocok setidaknya dalam satu hal yaitu bahwa kedatangan dan
penyebarannya terjadi pada periode yang sama dengan kemunculan dan
penyebaran depresi. Dan seperti pasien penderita depresi, jaringan
listrik ada hampir di mana-mana. Namun, apakah ada kaitan sebab-akibat
di antara keduanya?
Menurut seorang peneliti di Universitas
Bristol, ada kaitannya; dan di Inggris saja, jaringan listrik bisa jadi
secara tahunan bertanggung jawab atas 9.000 kasus depresi pada orang
dewasa, dan 60 kasus bunuh diri. Lebih dari itu, jaringan listrik
mungkin bertanggung jawab atas 200-400 kasus kanker paru-paru,
2.000-3.000 kasus penyakit lain, dan 2-6 kasus leukimia pada masa
kanak-kanak.
Riset ini memusatkan penelitian pada efek
medan listrik maupun medan magnet di sekitar jaringan listrik tegangan
tinggi di Inggris. Menurut riset ini, medan magnet frekuensi listrik
bisa mempengaruhi depresi melalui aksi mereka pada melatonin, hormon
yang dikeluarkan oleh kelenjar pineal di otak, yang memainkan peran
penting dalam mengatur ritme harian tubuh. Riset menunjukkan bahwa
beberapa penderita depresi bisa dibantu dengan meminum suplemen
melatonin; sementara studi lain mengatakan bahwa medan magnet dikaitkan
dengan perubahan cara kerja kelenjar pineal, yang mengurangi jumlah
melatonin yang diproduksi. Dinyatakan bahwa teori semacam itu juga bisa
menjelaskan mengapa selama terjadi badai geomagnetis jumlah penderita
depresi yang masuk rumah sakit dilaporkan meningkat.
“Secara keseluruhan, bukti menegaskan
adanya potensi kaitan antara medan magnet frekuensi listrik dan depresi
serta bunuh diri,” kata laporan tersebut. Pada kanker paru-paru, menurut
laporan tersebut, ada bukti yang mengindikasikan bahwa risiko terkena
penyakit ini berkaitan dengan polusi udara sekaligus merokok. Teori yang
melibatkan jaringan listrik dengan kanker menjelaskan bahwa saat
terisap, partikel aerosol yang bermuatan listrik berpeluang lebih besar
untuk tertimbun di dalam paru-paru daripada aerosol yang tidak bermuatan
listrik. Semua partikel yang ada di udara, termasuk karbon, bakteri,
virus, dan polen, rentan menerima muatan listrik dari jaringan listrik,
dan akibatnya, menurut laporan tersebut, penyakit pernapasan dan
kardiovaskular akut, termasuk asma dan alergi berat, semua bisa terjadi
dengan frekuensi yang lebih tinggi di dekat jaringan listrik tegangan
tinggi. Di Inggris saja, diperkirakan secara total 2.000-3.000 kasus
penyakit yang berkaitan dengan polusi bisa terjadi setiap tahun di dekat
jaringan listrik.
“Hipotesis ini mengajukan dugaan bahwa
paparan terhadap medan magnet dan medan listrik dari jaringan listrik
mengakibatkan meningkatnya risiko berbagai macam penyakit, baik kanker
maupun non kanker, baik pada orang dewasa maupun anak-anak,” kata
laporan tersebut. “Jika, sesuai dengan hipotesis, beberapa ribu kasus
tambahan kesehatan yang buruk terjadi setiap tahun di dekat jaringan
listrik bertegangan tinggi di Inggris, maka jelas hal ini akan menjadi
masalah kesehatan masyarakat yang serius. Implikasinya memerlukan
pertimbangan mendesak dari para ilmuwan, badan kesehatan, dan berbagai
regulator.”
Referensi:
D. L. Henshaw, “Does your electricity distribution system pose a
serious risk to public health?”, Volume 59, hlm. 39-51.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar